Free Tail 2 Cursors at www.totallyfreecursors.com

Thursday, May 16, 2019

Makalah Bahasa Jepang Semester 1

MAKALAH BAHASA JEPANG Kata Kerja dan Penggunaannya dalam Kalimat Bahasa Jepang

Kata Pengantar

Bismillahirohmanirohim
            Puji dan syukur penulis ucapkan, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Jepang. Makalah ini membahas tentang “Kata Kerja dan Penggunaannya dalam Kalimat Bahasa Jepang”.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaaan makalah-makalah selanjutnya.


Garut,  juni 2016


Penulis




BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Bahasa dapat diartikan sebagai suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh masyarakat tutur untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri Chaer, Abdul (1998:1).
Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing yang baik dan benar. Artinya dalam pemakaian bahasa itu harus sesuai dengan situasi pemakainya dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Untuk menghindari masalah dalam berbahasa , seseorang perlu mempelajari tata bahasa yang baik dan benar, terutama saat hendak berbicara dengan orang yang tidak sebahasa dengan kita, atau saat hendak menterjemahkan bahasa asing. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang banyak dipelajari oleh masyarakat Indonesia saat ini. Bahasa merupakan kunci penentu menuju keberhasilan dan memilik peran sentral khususnya dalam perkembangan pengetahuan, sosial dan emosional seseorang serta dalam mempelajari semua bidang studi. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk menyampaikan dan menyerap gagasan, fikiran, pendapat, serta perasaan. Dengan bahasa juga, diharapkan dapat membantu seseorang untuk mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain serta berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Agar fungsi komunikasi bahasa dapat tersampaikan dengan baik, maka pembicara dan lawan bicara harus memiliki pemahaman makna yang sama. Bahasa Jepang merupakan bahasa yang unik, karena selain memiliki jenis huruf yang beragam, bahasa Jepang juga memiliki keunikan dalam aspek bunyi, intonasi, pola kalimat dan lain sebagainya. Hal lain yang menjadi keunikan dalam bahasa Jepang adalah sinonim ( ruigigo). Sinonim merupakan salah satu masalah dalam penggunaan bahasa asing termasuk bahasa Jepang. Sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “onoma” yang berarti “nama” dan “syn” yang berarti “dengan”. Maka secara harafiah kata sinonim berarti nama lain untuk benda atau hal yang sama.
Sinonim (Ruigigo) adalah beberapa kata yang memiliki bunyi ucapan yang berbeda namun memiliki makna yang sangat mirip. (Sutedi, 2004: 114). Kesalahan berbahasa pada pembelajar, umumnya terjadi karena adanya transfer negatif bahasa ibu dengan bahasa Jepang. Kesalahan yang muncul bisa berupa penggunaan kosakata, penggunaan pola kalimat, dan lain sebagainya. ( Sutedi, 2008: 1). Maka pemahaman kosakata dianggap salah satu bagian penting dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai.
Hal ini dipertegas oleh Tarigan (1985 :2) bahwa : “ Kualitas keterampilan berbahasa seseorang tergantung pada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimiliki. Semakin banyak kosakata yang kita miliki, semakin besar pula kemungkinan kita terampil dalam berbahasa”.
Sinonim dalam bahasa Jepang banyak kita jumpai dalam bentuk kata kerja atau verba. Salah satu contoh kata dalam bahasa Jepang yang memiliki sinonim adalah 勉強する(benkyousuru) ‘belajar’, 習う(narau) ‘belajar’ dan学ぶ(manabu ) ‘belajar’ yang ketiganya sama-sama memiliki makna “belajar”,思う(omou) ‘bermaksud’ dan 考える(kangaeru) ‘berfikir/bermaksud’ dimana kedua kata tersebut memiliki makna”berfikir/bermaksud”. Kata-kata tersebut kerap muncul dalam buku
pelajaran maupun dalam percakapan sehari-hari, Tetapi dalam pemakaiannya pada kalimat, kosakata-kosakata tersebut tidak dapat sepenuhnya saling menggantikan, disebabkan dua atau tiga kata kata yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama Chaer, Abdul (1994: 298). tetapi masih banyak pembelajar bahasa Jepang yang melakukan kesalahan dalam menggunakan kata-kata tersebut dalam sebuah kalimat yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mereka tentang kata-kata yang bersinonim.
Dalam penelitian ini penulis memilih verba mawaru dan meguru sebagai tema dalam penelitian ini. Berikut adalah contoh dari kedua verba tersebut:
1.      東京から小坂に行くのに金沢を回って行った. (Nihon Go Kihon Doushi Jiten, 1996:485)
Tokyo kara Osaka ni iku noni kanazawa wo mawatte itta.Walaupun dari Tokyo mau pergi ke Osaka tetapi perjalanan mengelilingi Kanazawa.
2.      諸国を巡る. Nihongo Daijiten 2 Edition (1995 :145)Shoukoku wo meguru.
Berkeliling ke berbagai negara.Dari kedua contoh diatas kedua verba mawaru dan meguru bila di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia memiliki makna yang hampir sama yaitu “berkeliling atau berputar” tetapi dari persamaan dan perbedaan serta penggunaannya dalam kalimat belum jelas, sehingga pembelajar bahasa Jepang memiliki kesulitan dalam menangkap maknanya maupun pada saat akan digunakannya. Alasan lain dipilihnya verba tersebut adalah sebagai berikut:
Sering digunakan dalam percakapan bahasa Jepang sehari-hari;
a)      Sering muncul dalam buku pelajaran ataupun media lainnya;
b)      Sulit dipahami oleh pembelajar bahasa Jepang, sehingga sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan bahasa dan bahasa Jepang?
2.      Apa yang dimaksud dengan kata kerja?
3.      Bagaimana cara penggunaan kosa kata dalam bahasa Jepang!
4.      Bagaimanakah struktur kalimat dalam bahasa Jepang?

C.    Tujuan Penyusunan

1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bahasa dan bahasa Jepang!
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kata kerja?
3.      Untuk mengetahui struktur kalimat dalam bahasa Jepang

BAB II

PEMBAHASAN


A.    Pengertian Bahasa


1.      Pengertian Bahasa Secara Umum
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.[1]
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi “nasi” melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok’.
Telah disebutkan di atas bahwa bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi, bersifat abitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa adalah abitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan.
Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.
Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.

2.      Pengertian Bahasa Jepang
Bahasa Jepang (日本語; romaji: Nihongo) merupakan bahasa resmi di Jepang dan jumlah penutur 127 juta jiwa.
Bahasa Jepang juga digunakan oleh sejumlah penduduk negara yang pernah ditaklukkannya seperti Korea dan Republik Tiongkok. Ia juga dapat didengarkan di Amerika Serikat (California dan Hawaii) dan Brasil akibat emigrasi orang Jepang ke sana. Namun keturunan mereka yang disebut nisei (二世, generasi kedua), tidak lagi fasih dalam bahasa tersebut.
Bahasa Jepang terbagi kepada dua bentuk yaitu Hyoujungo (標準語), pertuturan standar, dan Kyoutsugo (共通語), pertuturan umum. Hyoujungo adalah bentuk yang diajarkan di sekolah dan digunakan di televisi dan segala perhubungan resmi.
Bahasa Jepang mempunyai 5 huruf vokal yaitu /a/, /i/, /ɯ/, /é/, dan /o/.
Lafal vokal bahasa Jepang mirip bahasa Melayu. Contohnya:
/a/ seperti "bapa"
/i/ seperti "ibu"
/ɯ/ seperti "peyeum"
/é/ seperti "besok"
/o/ seperti "obor"
Tulisan bahasa Jepang
Tulisan bahasa Jepang berasal dari tulisan bahasa China (漢字/kanji) yang diperkenalkan pada abad keempat Masehi. Sebelum ini, orang Jepang tidak mempunyai sistem penulisan sendiri.
Tulisan Jepang terbagi kepada tiga:
aksara Kanji (漢字) yang berasal dari China
aksara Hiragana (ひらがな) dan
aksara Katakana (カタカナ);
keduanya berunsur daripada tulisan kanji dan dikembangkan pada abad kedelapan Masehi oleh rohaniawan Buddha untuk membantu melafazkan karakter-karakter China.
Kedua aksara terakhir ini biasa disebut kana dan keduanya terpengaruhi fonetik Bahasa Sanskerta. Hal ini masih bisa dilihat dalam urutan aksara Kana. Selain itu, ada pula sistem alihaksara yang disebut romaji.
Bahasa Jepang yang kita kenal sekarang ini, ditulis dengan menggunakan kombinasi aksara Kanji, Hiragana, dan Katakana. Kanji dipakai untuk menyatakan arti dasar dari kata (baik berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata sandang). Hiragana ditulis sesudah kanji untuk mengubah arti dasar dari kata tersebut, dan menyesuaikannya dengan peraturan tata bahasa Jepang.
Aksara Hiragana dan Katakana (kana) memiliki urutan seperti dibawah ini, memiliki 46 set huruf masing-masing. Keduanya (Hiragana dan Katakana) tidak memiliki arti apapun, seperti abjad dalam Bahasa Indonesia, hanya melambangkan suatu bunyi tertentu, meskipun ada juga kata-kata dalam bahasa Jepang yang terdiri dari satu 'suku kata', seperti me (mata), ki (pohon), ni (dua), dsb. Abjad ini diajarkan pada tingkat pra-sekolah (TK) di Jepang.
Aksara Hiragana dan Katakana (kana) memiliki urutan seperti dibawah ini, memiliki 46 set huruf masing-masing. Keduanya (Hiragana dan Katakana) tidak memiliki arti apapun, seperti abjad dalam Bahasa Indonesia, hanya melambangkan suatu bunyi tertentu, meskipun ada juga kata-kata dalam bahasa Jepang yang terdiri dari satu 'suku kata', seperti me (mata), ki (pohon), ni (dua), dsb. Abjad ini diajarkaBanyak sekali kanji yang diadaptasi dari Tiongkok, sehingga menimbulkan banyak kesulitan dalam membacanya. Dai Kanji Jiten adalah kamus kanji terbesar yang pernah dibuat, dan berisi 30.000 kanji. Kebanyakan kanji sudah punah, hanya terdapat pada kamus, dan sangat terbatas pemakaiannya, seperti pada penulisan suatu nama orang.
Dalam kalimat bahasa Jepang tidak ada spasi yang memisahkan antara kata dan tidak ada spasi yang memisahkan antara kalimat. Walaupun bukan merupakan tanda baca yang baku, kadang-kadang juga dijumpai penggunaan tanda tanya dan tanda seru di akhir kalimat.
Tanda baca yang dikenal dalam bahasa Jepang:
a)      (句点/kuten) Fungsinya serupa dengan tanda baca titik yakni untuk mengakhiri kalimat.
b)      (読点/toten) Fungsinya hampir serupa dengan tanda baca koma yakni untuk memisahkan bagian-bagian yang penting dalam kalimat agar lebih mudah dibacaOleh karena itu Pemerintah Jepang membuat suatu peraturan baru mengenai jumlah aksara kanji dalam Joyō Kanji atau kanji sehari-hari yang dibatasi penggunaannya sampai 1945 huruf saja. Aksara kanji melambangkan suatu arti tertentu. Suatu Kanji dapat dibaca secara dua bacaan, yaitu Onyōmi (adaptasi dari cara baca China) dan Kunyōmi (cara baca asli Jepang). Satu kanji bisa memiliki beberapa bacaan Onyomi dan Kunyomi.n pada tingkat pra-sekolah (TK) di Jepang.

B.     Pengertian Kata Kerja


Kata kerja adalah kata yang menggambarkan proses, perubahan, atau keadaan yang bukan merupakan sifat. Dalam kalimat, kata kerja biasanya berfungsi sebagai predikat.
Selain itu pengertian kata kerja adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau kegiatan. Secara sederhana, kata kerja ini dapat dipahami sebagai kata –kata yang mengandung makna untuk melakukan suatu perbuatan.
Misalnya saja seperti kata ‘berlari’ yang menunjukkan adanya kegiatan berlari.
Macam macam kata kerja dan contok kata kerja

Kata kerja dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil lain. Macam macam kata kerja ini adalah kata kerja transitif, kata kerja intransitif, kata kerja aktif, kata kerja pasif, kata kerja refleksi, dan kata kerja resiprok.
Selain itu, kata kerja juga bisa dibagi lagi berdasarkan bentuknya, yakni kata kerja berbentuk kata dasar, berimbuhan, berbentuk kata ulang dan juga berbentuk gabungan kata. Untuk lebih jelas tentang masing – masing pengertian kata kerja yang ada, mari kita bahas lebih lanjut. Pertama Kata kerja transitif adalah bentuk kata kerja yang memerlukan objek.Contoh kata kerja transitif : memetik, mengangkut, membuat. Artinya, jenis kata kerja seperti ‘memetik’, perlu untuk ditambahkan objek, seperti ‘memetik buah’ atau ‘memetik anggur’
Kedua kata kerja intransitif adalah benuk kata kerja yang tidak memerlukan objek. Contoh kata kerja intransitif misalnya : pergi, duduk, pulang. Pada kata – kata seperti pergi, kata ini sudah dapat digunakan dalam kalimat, meskipun tak memakai objek. Sebagai contoh dalam kalimat : ‘Ayah sedang duduk.’
Selanjutnya ada yang dinamakan dengan kata kerja aktif, pengertian kata kerja aktif adalah kata kerja yang subjeknya berperan sebagai pelaku. Kata kerja aktif ini umumnya bercirikan dengan adanya awalan me- dan ber-. Contoh kata kerja aktif : memukul, melempari, berlari.
Ada juga yang dinamakan dengan Kata kerja pasif yaitu bentuk kata kerja yang subjeknya berperan sebagai penderita. Kata kerja pasif umumnya dapat dilihat dari ciri ciri adanya awaln di- dan ter-. Contoh kata kerja pasif : dipukuli, dinasihati, terlempar
Selanjutnya yaitu kata kerja refleksi ini merupakan kata kerja yang objeknya adalah diri sendiri. Contoh kata kerja refleksi misalnya : bercermin, berhias, berpakaian.
Kemudian, Kata kerja resiprok yaitu merupakan bentuk kata kerja yang dilakukan oleh dua orang dan perbuatan tersebut sifatnya berbalasan atau ‘saling’. Contoh kata kerja resiprok misalnya : bergandengan, bersalaman, bertinju. Kata – kata ini dapat diartikan sebagai saling menggandeng, saling salaman, serta saling tinju.

C.    Struktur Kalimat dalam Bahasa Jepang


1.      Pola Kalimat Dasar
Belajar struktur pola kalimat dalam Bahasa Jepang. Subjek, predikat, objek, keterangan. Susunan kalimat dalam Bahasa Jepang berbeda dengan Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Dalam Bahasa Jepang, predikat diletakkan di akhir kalimat.
Subjek - Objek - Predikat
Watashi wa hon o yomimasu.
わたし    ほん   よみます。
Saya membaca buku.
Subjek : Watashi.  (wa adalah kata bantu. Lihat Tata Bahasa Dasar)
Objek : hon (buku)
Predikat : Yomimasu (membaca)
Partikel  o adalah untuk menghubungkan objek (kata benda) dengan kata kerja (predikat)
Lala-san wa tegami o kakimasu.
ララさん  てがみ  かきます。
Lala menulis surat.
Otoosan wa tabako o suimasu ka.
おとうさんはたばこをすいますか。
Apakah ayahmu menghisap rokok?
Hai, suimasu.
はい、すいます。
Ya, menghisap (rokok).
Untuk membuat menjadi negatif, rubah akhiran -masu menjadi -masen.
Iie, suimasen.
いいえ、すいません。
Tidak, tidak menghisap (rokok)
Berikut adalah pola kalimat yang lebih lengkap, secara umum :
Subjek - (keterangan waktu) - (keterangan tempat) - Objek - (kt bantu) - Predikat
Okāsan wa asa resutoran de pan o sukoshi tabemasu.
Ibu pagi hari di restoran makan sedikit roti.
Subjek        : Okāsan
Ket waktu   : asa  (pagi)
Ket tempat :  resutoran de (di restoran)
Objek         : pan  (roti)
Kata bantu  : sukoshi (sedikit)
Predikat      : tabemasu (makan)
2.      Cara membentuk kalimat dalam bahasa Jepang
a)      Membentuk kalimat sederhana
Yang perlu di pahami dalam membuat  kalimat dalam bahasa Jepang adalah memahami penggunaan pola kalimatnya.
Kita tahu dalam bahasa Indonesia pola pembentukan kalimatnya adalah S-P-O-K, sedangkan dalam bahasa Jepang  menggunakan pola S-K-O-P. Tentu saja pola ini sangat terbalik dengan penggunaan kalimat dalam bahasa Indonesia. Itulah  yang menyebabkan banyak orang merasa sulit dalam membentuk kalimat dalam bahasa Jepang. Disisni akan dibahas bagaimana cara membuat kalimat sederhana dalam bahasa Jepang. Maka tahap yang di perlukan dalam membuat kalimatnya secara besar terbagi 3, yaitu :
1)      Memahami pembentukan kalimat melalui pola umum
2)      Memahami penggunaan pertikel dasar
3)      Memahami penggunaan kata kerja dan perubahannya
Mari kita bahas itu satu persatu 
1)      Memahami pola kalimat
Baiklah, perhatikan contoh penggunaannya di bawah ini :
Indo :
Saya (S)
Belajar (P)
Bahasa Jepang (O)
Di kamar (Ket)
Maka akan di bentuk : saya belajar bahasa jepang di kamar (SPOK)
Jepang :
Saya = watashi (S)
Belajar = benkyoushimasu (P)
Bahasa Jepang = nihongo (O)
Di kamar = heya de (Ket)
Maka akan di bentuk : saya, di kamar, bahasa Jepang, belajar (SKOP)
Diartikan dalam bahasa Jepang : watashi wa heya de nihongo o benkyoushimasu
Nah, maka yang perlu di perhatikan adalah kata kerjanya, jangan sesekali anda meletakkan kata kerja setelah Subjek jika dalam kalimat itu memiliki objek dan kata keterangan, (watashi wa benkyoushimasu nihongo  desu) ini kesalahan besar.
Tapi predikat  boleh di letakkan setelah subjek jika dalam kalimat itu tidak memiliki kata keterangan lain, seperti objek dan kata keterangan, (watashi wa benkyoushimasu = saya belajar) ini di benarkan karena dalam kalimat itu hanya terdiri dari subjek dan predikat saja.
Begitupun dengan penggunaan objek dan kata keterangan. Objek diikuti oleh partikel wo/o(tapi tidak selalu), diletakkan sebelum kata kerja utama, (ninongo o benkyoushimasu = belajar bahasa Jepang)
Sedangkan pada kata keterangan di letakkan sebelum objek dan partikelnya tidak pasti (mengikuti kata keterangan sebelumnya)
seperti :
di rumah = ue (ni)
dengan taksi = takushi (de)
dengan teman = tomodachi (to)
Pada jam 3 = san ji (ni), dll
Sedangkan cara membentuk kalimat tanya (introgatif), hampir sama pemakaian polannya. Hanya ada beberapa faktor yang perlu di perhatikan. Yaitu ;
Kata kerjanya harus berbentuk kata kerja tanya(apakah),
menggunakan perubahan dari kata kerjanya dengan penambahan (ka) atau (desuka).
Misalnya :
Apakah kamu makan nasi? = anata wa gohan o tabemasu(ka)?
Apakah anda belajar? = anata wa benkyoushimasu(ka)?
Apakah kamu membeli buku? = anata wa hon o kaimashita(ka)?
Sedangkan penggunaan “desuka” pada :
Apabila dalam kalimat itu tidak terdapat kata kerja.
Misalnya :
Apakah kamu seorang siswa? = anata wa gakusei desuka?
Apakah kamu disini? = anata wa koko desuka?
Apakah disana toilet? = toire wa asoko desuka?
Siswa = gakusei
Disini = koko (ni)
Disana = asoko (ni)
Pembentukan kata “apakah” berasal dari penambahan (ka) pada kata kerja, saya pikir semua sudah tahu hal ini dan cukup mudah^^
Setelah kita memahami pola kalimat dasarnya, kita sudah bisa membentuk kalimat dalam bahasa Jepang dengan benar .
Coba buat kalimat di bawah ini dalam bahasa Jepang:
a)      Saya makan nasi
b)      Saya belajar di kelas
c)      Saya membeli buku
d)     Saya tidur
e)      Saya pergi ke Jakarta dengan mobil
Saya = watashi (wa)
Nasi = gohan (wo)
Makan = tabemasu
Belajar = benkyoushimasu
Di kelas = kyoushitsu (ni)
Membeli = kaimasu
Buku = hon (o)
Tidur = nemasu
Pergi = ikimasu
Ke Jakarta = Jakaruta (e)
Dengan mobil = kuruma (de)
Nah, apabila sudah dapat membentuk kalimat dengan benar, mari kita belajar untuk memahami penggunaan partikel secara umum dalam bahasa Jepang.
2)      Penggunaan pertikel dasar
Menentukan partikel dalam bahasa Jepang sangat sulit dan rumit. Kita butuh banyak penghafalan kosa kata untuk menentukan partikel yang menguikutinya, karena partikel2 itu sudah ditentukan dengan kata yang mengikutinya tersebut.
Saya akan membahas beberapa partikel yang sering di pakai.
(a)    Partikel  “wa”
Penggunaannya mengikuti Subjek pada sebuah kalimat .
Menunjukkan kata yang sebelumnya adalah berfungsi sebagai Subjek utama, dan merupakan pokok pelakunya.
Misal :
Saya tidur = watashi (wa) nemasu
Saya pergi = watashi (wa) ikimasu
(wa) disini menerangkan kalau (watashi) adalah subjeknya.
(b)   Partikel “wo”
Partikel ini sering di pakai untuk menerangkan bahwa kata sebelumnya adalah objek dalam sebuah kalimat. Dibaca “o”, hanya o, jelas? Misalnya :
Saya makan nasi = watashi wa gohan (o) tabemasu
Kamu menulis karangan = anata wa sakubun (o) kakimasu
Kami membeli televisi = watashitachi wa terebi (o) kaimasu
Karangan = sakubun
Menulis = kakimasu
Televisi = terebi (katakana)
(c)    Partikel “ni”
Penggunaannya sangat banyak. Pada, di, dalam, ke, untuk, kepada, dengan ,adalah beberapa  arti dari partikel ini.Oke, saya akan membahasnya secara umum saja ya^^
Perhatikan contoh :
Saya makan di rumah = uchi (ni) tabemasu
Tidur di kamar = heya (ni) nemasu
Pergi pada jam 2 = 2 ji (ni) ikimasu
Dalam seminggu libur = isshukan (ni) yasumimasu
Bertanya kepada sensei = sensei (ni) shitsumonshiteimasu
Pergi ke Jepang = nihon (ni) ikimasu
Jadi Partikel (ni) bisa di artikan [pada] apabila kata yang sebelumnya adalah kata-kata yang berhubungan dengan waktu.
Misalnya ; hari minggu=nichiyoubi, hari jum’at=kinyoubi, jam 1=1 ji, jam 5=5 ji, bulan agutus=hachi gatsu, bulan januari=ichi gatsu, bulan oktober=juu gatsu, tanggal 20=hatsuka, tanggal 14=juuyokka, dll.
Partikel  (ni) bisa di artikan [di] apabila kata yang sebelumnya adalah kata2 yang berhubungan dengan keterangan tempat.
Misalnya ; rumah=uchi, sekolah=gakko, departemen store=depaatoo, pasar=ichiba, perpustakaan=toshokan, kamar=heya, taman=kootei, dll

Partikel (ni) bisa diartikan [ke] apabila kata yang sebelumnya adalah kata2 yang berhubungan dengan keterangan tempat yang ingin dituju. Tapi sebenarnya partikel (e) bisa menggantikannya. Hanya saja tergantung pada kita untuk menggunakan (ni) atau (e)
Misalnya ; ke sekolah=gakko ni, ke Jepang=nihon ni, dll
Partikel (ni) bisa di artikan [kepada] apabila kata yang sebelumnya adalah kata2 yang berhubungan dengan objek yang berupa orang.
Misalnya ; kepada sensei=sensei ni, kepada ayah=chichi ni, kepada dia=kare ni, kepada mereka=anatatachi ni, dll
Partikel “to”
Pertikel ini dipakai untuk menghubungkan satu kata dengan kata lainnya yang memiliki makna “dan”. Hanya menghubungkan kata benda 1 dan kata benda 2 juga kata benda 3, dst. Bukan di gunakan untuk menghubungkan kata sifat dan kata kerja dan juga bukan untuk menghubungkan anatar 2 kalimat, tidak seperti bahasa Indonesia.
Misalnya :
Saya mempunyai pulpen dan pensil = watashi wa pen to enpitsu ga arimasu
Buku dan majalah = hon to zasshi
Mata dan telinga = me to mimi
Membeli yakitori dan ramen = ramen to yakitori o kaimasu
Apakah kamu punya kacamata, HP, tas dan dompet? = anata wa megane to denwa bango to kaban to saifu ga arimasuka?
Pulpen = pen (katakana)
Pensil = enpitsu
Majalah = zasshi
Mempunyai = ga arimasu
Kacamata = megane
HP = denwa bango
Tas = kabang
Dompet = saifu
Partikel “de”
Partikel ini dapat diartikan dengan [dengan] dan [ni].
Di artikan sebagai [di] yang di ikuti oleh kata keterangan tempat. Penggunaanya sama dengan partikel (ni).
Misalnya :
Di sekolah= gakko (de), di pasar=ichiba (de), di kamar=heya (de), dll
Perbedaan panggunaan partikel (ni) dengan partikel (de) adalah Partikel (de) menunjukkan tempat suatu kejadian terjadi, Contoh : saya belajar di kelas = watashi wa kyoushitsu (de) benktoushimasu. Sedangkan partikel (ni) menunjukkan tempat seseorang berada.
Contoh : saya tinggal di Jakarta = watashi wa Jakaruta (ni) sundeimasu
Diartikan sebagai [dengan] apabila di ikuti oleh kata benda sebangai keterangan alat.
Misalnya :
Pergi dengan mobil = kuruma (de) ikimasu
Pulang dengan bus = bus (de) kaerimasu
Menulis dengan pulpen = pen (de) kakimasu
Baik setelah mengetahui tantang partikel, kita memasuki tahap terakhir dari membuat kalimat sederhana, yaitu mengenal kata kerja beserta perubahannya.
Dalam bahasa Jepang perubahan kata kerja mencapai 60-an bentuk dari satu kata kerja dasar, dari sopan sampai biasa. Kata kerja dalam bahasa Jepang sebelum berbentuk-masu, memiliki kata kerja bentuk dasar atau bentuk-u. Di tandai dengan akhiran(-u). Pada bentuk inilah dasar dari semua perubahannya. Jika kita ingin mencari arti suatu kata kerja dalam kamus, maka carilah kata kerja dengan bentuk ini (-u). jangan pernah mencari dengan akhiran –masu, pasti tidak akan pernah ketemu.
KK bentuk-u :
Terbagi 3 golongan;
gol 1 berbentuk akhiran (-u, -tsu, -ru, -bu, -nu, -su, -mu, -gu, -ku, )
contoh :
a(u) = bertemu
ta(tsu) = bangun
kae(ru) = pulang
aso(bu) = bermain
shi(nu) = mati
hana(su) = berbicara
yo(mu) = membaca
oyo(gu) = berenang
o(ku) = meletakkan
Golongan 2 berbentuk akhiran (-eru dan -iru)
Contoh :
tab(eru) = makan
m(iru) =melihat
golongan 3 berbentuk akhiran (-suru)
Contoh :
benkyou(suru) = belajar
shigoto(suru) = bekerja
(suru) = melakukan
Dalam membentuk kata kerja sopan, bentuk akhiran-u ini tidak bisa di pakai. Dalam membuat kalimat bahasa Jepang, kesopanan pembantukan kalimatnya sangat di perhatikan. Apalagi jika berbicara dengan orang yang baru dikenal atau yang lebih tua.
Maka dalam membentuk kalimat yang sopan, kita bisa mengubah kata kerja bentuk-u(dasar) menjadi kata kerja bentuk-masu(sopan).
Berikut perubahannya :
Golongan 1 berbentuk akhiran (-u, -tsu, -ru, -bu, -nu, -su, -mu, -gu, -ku, )
Contoh :
Ganti akhiran(-u) → (i) + (masu)
a(u) = bertemu → a (u → i ) + masu = aimasu
ta(tsu) = bangun → ta (tsu → chi ) + masu = tachimasu
kae(ru) = pulang → kae (ru → ri ) + masu = kaerimasu
aso(bu) = bermain→ aso (bu → bi) +masu = asobimasu
shi(nu) = mati → shi (nu→ ni) + masu = shimasu
hana(su) = berbicara → hana (su→shi) + masu = hanashimasu
yo(mu) = membaca → yo (mu→ mi) + masu = yomimasu
oyo(gu) = berenang → oyo (gu→gi) + masu = oyogimasu
o(ku) = meletakkan → o (ku → ki) + masu = akimasu
Gol 2 berbentuk akhiran (-eru dan -iru)
hilangkan akhiran(-ru), kemudian tambahkan (+masu)
Contoh :
tab(eru) = makan → tabe + masu = tabemasu
m(iru) =melihat →mi + masu = mimasu
Gol 3 berbentuk akhiran (-suru)
Hilangkan akhiran(-suru) → (shi) + masu
Contoh :
Benkyou(suru) = belajar → benkyou (suru → shi) + masu = benkyoushimasu
shigoto(suru) = bekerja → shigoto( suru → shi) + masu = shigotoshimasu
(suru) = melakukan → (suru → shi) + masu = shimasu
Setelah mengetahui perubahannya, kita dapat membuat KK-u(dasar) menjadi KK-masu(sopan). Maka jika ingin membuat kalimat, pakailah KK-masu.
Mari kita berlatih membuat kalimat dengan sopan.
(a)    Saya bermain di halaman rumah
(b)   Ayah membaca koran di kantor
(c)    dik makan sushi di rumah
(d)   Dia membeli buku dan tas
(e)    Hari ini saya pergi ke Bali
(f)    Besok saya pulang ke Indonesia
(g)   Ibu membeli makanan dan minuman di pasar
(h)    menulis karangan untuk guru
Prhatikan pula penggunaan partikelnya. Ingat! KK-masu adalah kata kerja, jadi tidak perlu lagi menggunakan akhiran desu. Bentuk KK-masu/-masen/-mashita adalah bentuk sopan.
Halaman rumah = niwa
Kantor = kaisha
Koran = shinbun
Pasar = ichiba
Karangan = sakubun
Rumah = uchi / ie
Membeli = kau (1)
Bermain = asobu (1)
Membaca = yomu (1)
Pergi = iku (1)
Pulang = kaeru (1)
Makan = taberu (2)
Buku = hon
Tas = kaban
Hari ini = kyou
Besok = ashita
Bali = Bari (katakana)
Makanan = tabemono
Minuman = nomimono
Jika sudah berhasil membentuk kalimat dengan KK bentuk sopan, mari kita lihat lagi perubahan KK-u(dasar) menjadi KK-masen(negatif).
Mari perhatikan perubahannya^^
Perubahan KK-u menjadi KK-masen sangat mudah. Apabila kita telah mengetahui perubahan KK-masu, cukup ubah (masu → masen).
Contoh :
(1) Tabemasu(makan) → tabemasen (tidak makan)
(2) benkyoushimasu (belajar) → benkyoushimasen (tidak belajar)
(3) samposhimasu (jalan-jalan) → sanposhimasen (tidak jalan-jalan)
(4) yomimasu (membaca ) → yomimasen (tidak membaca). Dan KK lainya…
Jika sudah berhasil merubah KK-masu menjadi KK-masen, selanjutnya kita akan mempelajari perubahan KK-mashita (lampau).Perubahannya sama saja, hanya yang perlu di perhatikan Contoh :
(1) tabemasu(makan) → tabemashita (telah makan)
(2) mimasu (melihat) → mimashita (telah melihat)
(3) oyogimasu (berenang) → oyogimashita (telah berenang)
(3) benkyoushimasu (belajar) → benkyoushimashita (telah belajar)
Setelah mengetahui bentuk KK-mashita( lampau), kita dapat membuat kalimat dengan KK-masen deshita(negatif lampau). Bentuk ini adalah perpaduan Kata kerja menyangkal dan lampau / telah terjadi. Perubahannya mengikuti KK-masen + deshita. Maka akan membentuk KK-masen deshita. Perhatikan contoh :
Mimasen deshita = tidak melihat (lampau)
Tabemasen deshita = tidak makan (lampau)
Ikimasen deshita = tidak pergi (lampau)
Yomimasen deshita = tidak membaca (lampau)
Baiklah cukup untuk perubahan KK bentuk sopan.


 Untuk lebih memahami penerapannya, perhatikan contoh berikut.
Perhatikan contoh penggunaannya :
a)      Yuube, watashi wa benkyoushimasu. → lampau (tadi malam saya sudah belajar)
b)      Kinou wa nihon e ikimasu. → lampau (kemarin saya pergi ke Jepang)
c)      Kesa wa gohan o  tabemasen deshita. → negatif lampau (tadi pagi saya tidak makan nasi)
d)      Kyou, watashitachi wa kyoushitsu ni benkyoushimasen. → negatif (hari ini kami tidak belajar di kelas)
e)      Mainichi wa gakko e ikimasu. → positif (setiap hari saya pergi ke sekolah)
f)       Kinou, kanojo wa kouhi o nomimashita. →lampau (kemarin dia(pr) minum kopi)
g)       Mukashi, watashi wa seito deshita. → lampau (dulu, saya seorang pelajar)
h)      Watashi to tomodachi wa kyoushitsu ni imasen deshita. → negatif lampau (saya dan teman ada tidak ada di kelas)
i)        Kyou wa hon o yomimasen. → lampau (hari ini saya tidak membaca buku(belum)

 

D.    Contoh Kosa Kata Bahasa Jepang


Golongan I - Godan Dōshi 五段動詞
Kata
Kanji
Arti
iu
berkata;mengatakan;bernama
au
bertemu
au
cocok;tepat
kau
membeli
narau
belajar
arau
mencuci
suu
mengisap;menghirup
tsukau
使
memakai;menggunakan
harau
membayar
nuu
menjahit
hirou
memungut
utau
menyanyi
warau
tertawa
iwau
merayakan
tetsudau
手伝
membantu
chigau
berbeda
yatou
mempekerjakan
maniau
間に合
keburu;tidak terlambat
omou
berpikir;berpendapat
iku
pergi

0 comments:

Post a Comment